Saturday, November 25, 2017

Disiplin Positif

Pertama kali mendengar kata Disiplin Positif, yang ada di benak saya adalah cara penanganan anak jaman now. Lalu beberapa waktu kemudian, saya kembali mendengar kata ini di penjelasan mengenai kurikulum Komunitas Keluarga Kita (KK). Dan belakangan ini saya kembali mendengar kata ini saat bergabung dalam Komunitas Guru Belajar (KGB).

Sebenarnya apa sih Disiplin Positif itu?
Mengapa kata-kata ini seperti jadi tren tersendiri di dunia perparentingan?

Jumat, 4 November 2017 yang lalu, di diskusi Temu Pendidik Mingguan KGB, narasumber saat itu, Guru Mahayu, membawa topik tentang disiplin positif sebagai bahan diskusi. Saat itu saya merasa senang, karena sedikit banyak pertanyaan saya akan segera mendapatkan jawabannya. Ternyata benar saja, saya dapat menemukan poin penting dari diskusi yang terjadi, meskipun saat itu saya hanya menjadi peserta pasif saja. 

Beberapa poin penting yang saya ambil dari bahasan guru Mahayu, yaitu
🔺 Disiplin positif bertujuan tidak hanya untuk patuh pada peraturan, tapi juga merupakan kemampuan untuk mengelola diri, mengetahui mana yang baik dan tidak untuk dirinya.
🔺 Libatkan anak dalam membuat peraturan atau kesepakatan dalam kelas
🔺 Pahami peran atau posisi kontrol kita dalam interaksi dengan murid. Ada lima posisi kontrol guru. Kelimanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun untuk mendapat hasil dalam jangka panjang disarankan guru berada dalam posisi ke-4 dan ke-5.
🔺 Posisi kontrol tersebut adalah :
    1. Menjadi penghukum
    2. Menjadi Pembuat Rasa Bersalah
    3. Menjadi Teman
    4. Menjadi Pengawas
    5. Menjadi Manager

Sampai di sini pertanyaan saya cukup terjawab.
Kemudian seminggu setelahnya, di kegiatan yang sama, di Temu Pendidik Mingguan KGB, saya kembali mendapat tambahan jawaban atas pertanyaan saya mengenai disiplin positif ini.
Saat itu narasumber, Guru Mia Savitri, membawakan materi tentang Memanusiakan Hubungan, namun ia menyertakan materi disiplin positif juga dalam bahasannya, dan bahkan ia mengaitkan keduanya, antara memanusiakan hubungan dan disiplin positif, menjadi satu kesatuan. 

Berikut adalah poin penting yang saya ambil dari bahasan yang Guru Mia sampaikan, yaitu
🔻 Memanusiakan hubungan berarti menyadari bahwa setiap pribadi adalah unik dan memiliki keunikan. Dan dalam setiap keunikannya itu, setiap pribadi memiliki harapan dan layak mendapat  kepercayaan
🔻 Guru dan orang tua memiliki peran penting dalam proses memanusiakan hubungan, diantaranya dengan :
  🔽 Menyadari bahwa setiap anak unik dan memiliki keunikan (ini tambahan penting menurut saya)
  🔽 Mengenali karakter, keunikan, dan kebutuhan setiap anak
  🔽 Menghargai ide / gagasan / inisiatif / kebutuhan anak
  🔽 Menfasilitasi hal-hal di atas dengan membuat kesepakatan bersama
🔻 Memanusiakan hubungan adalah pondasi awal untuk membangun komunikasi positif dengan anak, yaitu antara guru dan murid atau orang tua dan anak. Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi positif adalah perwujudan dari memanusiakan hubungan.
🔻 Komunikasi positif dapat menjadi dasar dari penerapan disiplin positif yang pada akhirnya berpusat pada perkembangan anak di masa depannya. 
🔻 Dengan menerapkan disiplin positif, anak-anak diharapkan mampu :
     a. Mengembangkan perilaku positif yang bertahan dalam jangka panjang
     b. Mengembangkan kemampuan untuk mengelola diri dan tahan godaan
     c. Mengembangkan motivasi internal (kemampuan melakukan hal positif atas dorongan diri bukan atas suruhan orang lain)  dengan pembiasaan sejak diri

flow chart kaitan memanusiakan hubungan dan disiplin positif yang saya simpulkan
Tambahan penjelasan ini menambah lagi pemahaman saya mengenai disiplin positif, meskipun awalnya cukup membingungkan saya, hehe. 

Lalu dua hari yang lalu, Kamis, 23 November 2017, saya mengikuti kelas kurikulum Keluarga Kita dengan topik mengenai Disiplin Positif. Hati saya bersorak gembira, karena saya yakin akan mendapat tambahan penjelasan lain yang akan melengkapi pemahaman saya. Bahkan mungkin memperluas wawasan saya, karena saya akan melihatnya dari sudut pandang orang tua.

Buklet materi Disiplin Positif dari Keluarga Kita
Kelas kurikulum Keluarga Kita dipandu langsung oleh Ibu Najelaa Shihab selaku founder dari Keluarga Kita. Materinya dibagi dalam beberapa bagian dan berlangsung selama lebih kurang enam jam. Saat mengikuti kelasnya, saya kembali merasa bersyukur karena keyakinan saya berbuah hasil, saya kembali mendapat beberapa poin penting dari materi yang disampaikan yang ternyata tidak berbeda jauh dengan pendapat dari sudut pandang guru, bahkan melengkapi materi yang sudah disampaikan guru-guru tersebut.

Poin penting yang saya dapat dari kelas Kurikulum Disiplin Positif  Keluarga Kita, yaitu
🔺 Untuk menerapkan disiplin positif, orang tua harus tahu dulu tahapan perkembangan anak dan  berespon positif dalam meresponnya. Orang tua juga harus dapat mengelola emosinya dengan tepat (topik ini tuliskan di sini ^^) 
🔺 Memahami perkembangan anak secara menyeluruh membantu orang tua untuk melihat anak secara utuh dan memiliki ekspektasi yang realistis atas perkembangan dan pencapaian anak.   
🔺 Menurut ibu Najelaa Shihab, disiplin diri anak dimulai dari hubungan yang kuat dan rasa percaya yang dalam. Tanpa modal ini, yang terjadi adalah kontrol, bukan pemberdayaan; pemaksaan, bukan pengembangan potensi
🔺 Disiplin positif menekankan pada pentingnya komunikasi; membahas kesepakatan dan 
konsekuensi; dan menyatakan dukungan yang tepat. 
🔺 Proses pelaksanaan disiplin positif adalah belajar dan berdaya, baik antara orang tua, maupun pada anak. Bukan kontrol, hukuman, dan sogokan
🔺 Orang tua harus mampu membedakan yang mana disiplin yang mana rutinitas. Karena seringkali masalah rutinitas dianggap sebagai masalah disiplin. 
🔺 Rutinitas dapat menjadi salah satu cara mengurangi masalah dalam disiplin
🔺 Buat kesepakatan antara anak dengan semua anggota keluarga. Tujuan dibuat kesepakatan adalah untuk memperjelas ekspektasi orang tua, apakah realistis atau tidak realistis untuk anak. Menurut saya kesepakatan juga dapat membantu orang tua untuk memahami tahapan perkembangan anak dengan melihat pada isi kesepakatan yang disebutkan dan dibuat oleh anak.

Peserta Kelas Kurikulum Disiplin Positif
Jadi.. dari semua materi yang saya dapatkan itu, saya menyimpulkan bahwa disiplin positif adalah salah satu cara memanusiakan hubungan yang prosesnya diawali dengan menyadari bahwa semua orang unik dan memiliki keunikan, sehingga dalam membuat kesepakatan dan konsekuensi didasari atas pemahaman atas tahapan perkembangan anak dan kebutuhan perkembangannya itu.

No comments: