Thursday, November 16, 2017

Dimana Level Suaramu, Anak-Anak?

Saya adalah tipe guru dengan gaya belajar visual kinestetik. Ini juga yang membuat saya sulit berkonsentrasi dan fokus bila berada di suasana atau ruangan yang kurang tenang.
Mengajar anak usia dini tentunya berbeda dengan mengajar robot yang bisa kita atur agar bekerja tanpa mengeluarkan suara yang dapat mengganggu kita. Anak-anak usia dini, yang sedang dalam masa "ledakan" bahasa cenderung aktif mengeksplorasi bahasa, mengeksplorasi suara dan mengesplorasi beragam level ketinggian anda suara. Bagi orang yang memiliki gaya belajar visual kinestetik, yang sama dengan saya, hal ini mungkin bisa menjadi semacam gangguan. Namun tidak adil rasanya jika kita menghentikan kemampuan berbahasa anak yang sedang berkembang tersebut.

Di awal saya mengajar, saya seringkali menerapkan aturan agak anak tidak banyak bersuara saat berkegiatan. Lalu saya pun  menyadari bahwa ini adalah tindakan yang salah, dan tentunya tidak akan bertahan lama jika diterapkan, yang ada nantinya adalah guru yang kelelahan,  menjadi stres dan akhirnya mudah terpicu emosinya

Hingga akhirnya perkenalan saya dengan website pinterest.com memberi solusi atas masalah yang saya hadapi ini.
Emang apa masalahnya? 
Nah masalah saya sih sederhana saja, hanya mencari tahu bagaimana caranya membuat anak tetap aktif tanpa bersuara berlebihan.

Jadi saat iseng-iseng saya mencari informasi tentang manajemen kelas dan menuliskan kata kunci classroom management, saya melihat beberapa tulisan tentang penggunaan level suara. Dari tulisan yang saya baca, penggunaan metode level suara ini banyak digunakan di kelas atas. Menarik sekaligus membuat saya penasaran, apa cara ini bisa juga digunakan untuk mengajar anak usia dini.
Saya pun mulai berdiskusi dengan partner membahas tentang metode ini dan melakukan observasi serta tanya jawab ke anak-anak mengenai topik banyaknya suara di kelas. Ternyata ada sebagian anak-anak yang akhirnya menyadari bahwa mereka agak terganggu dengan suara yang terlalu banyak di kelas saat mereka sedang berkegiatan, yang bahkan dapat membuat mereka teralih dari menuntaskan tugasnya. 

contoh level suara yang saya temukan di Pinterest

contoh level suara yang saya temukan di pinterest
Lalu, kami pun mulai berdiskusi bersama-sama. Saya paparkan apa yang saya rasakan saat berkegiatan di antara suara yang terlalu banyak, saya minta juga beberapa anak untuk menceritakan apa yang mereka rasakan jika berada di situasi yang sama. Kemudian saya dan partner menceritakan pada anak-anak mengenai perbedaan level suara. 

Mulanya anak-anak bingung, namun mereka mulai paham saat kami memberikan contoh. Hingga akhirnya anak-anak sendiri yang menentukan perbedaan level suara dan penggunaannya.
  • Level 0 : semua diam tanpa mengeluarkan suara
  • Level 1 : saat berbisik dengan teman atau bercerita berpasangan
  • Level 2 : saat berdiskusi dalam kelompok kecil, maksimal 3 orang
  • Level 3 : saat berbicara dalam kelompok besar, seperti di depan kelas
  • Level 4 : saat memanggil teman
  • Level 5 : saat berteriak
Metode ini berhasil kami gunakan selama satu semester, bahkan di beberapa anak saat berkomunikasi tetap mengingatkan temannya mengenai penggunaan level suara ini.



No comments: