Sunday, January 5, 2014

Menghias Istana Pelangi

Akhir semester yang lalu, aku dan teman-teman guru klab sepakat mengajak anak-anak menghias Istana Pelangi yang menjadi ikon sentral dari tema terakhir di semester itu. 

Istana Pelangi yang akan dihias oleh anak-anak kali ini terbuat dari kue kering karya Elsya Bento. Dan untuk dapat menghias kue tersebut, kami harus menuju ke dapur dari Elsya Bento yang terletak di salah satu kawasan di kota Bandung.

sabar menunggu giliran menghias kue dengan bernyanyi bersama
Sesampainya di lokasi, anak-anak diajak mengingat kembali segala hal tentang Istana Pelangi, baik melalui cerita dan lagu. Kemudian secara bergantian anak-anak diajak menghias kue berbentuk Istana yang sudah ada menggunakan cream berwarna merah, kuning dan biru. Kami sengaja minta untuk disediakan warna-warna tersebut karena warna primer itulah yang memang dikenalkan pada anak. Warna yang digunakan termasuk aman, karena menggunakan pewarna makanan.

Di hari itu, kelas Kepik mendapat kesempatan pertama untuk menghias kue. Aqsha, Ghea, Samira, Rafi, Gea dan Echan mendapat giliran pertama. Sedangkan Belva, Hasna, Chacha, Dzakka dan Hagia mendapat giliran kedua.
kelompok pertama menunggu kue dibagikan
kelompok dua dengan kue berbentuk istana
Mula-mula anak-anak dibagikan kue berbentuk istana, lalu anak-anak diberi masing-masing 4 (empat) buah warna untuk menghias kue, yaitu warna putih, merah, kuning dan biru. Kemudian anak diberi kesempatan untuk menghias kue sesuai kreasinya.  Setelah itu, kue yang telah selesai dihias dibakar di oven sekitar 15 - 20 menit agar cream tersebut mengeras dan menempel di atas kue, barulah sesudahnya kue-kue tersebut dapat di bawa pulang. Selesai deh kegiatannya dan anak-anak pun kembali ke sekolah untuk bertemu orang tuanya masing-masing dengan membawa kue kreasi mereka. Hore!! ^^

asyik menghias kue
campur-campur warna untuk kue
pencet-pencet biar warnanya keluar
warna-warni Istana Pelangi

Saturday, January 4, 2014

Berbagi melalui Gambar

Selama semester satu yang lalu, aku dan partner beberapa kali mengajak anak-anak melakukan kegiatan kerjasama. Namun kegiatan kerjasama ini sedikit berbeda dengan yang biasa dilakukan orang-orang. Bedanya adalah sebelum kegiatan dimulai, anak-anak terlebih dahulu diminta merancang karya kerjasama yang akan dibuat. Rancangan itu dibuat bersama-sama dalam bentuk gambar. 

Bagaimana cara merancang karya melalui gambar secara bersama-sama?
Well, yang kami lakukan adalah setelah mengajak anak-anak berdiskusi dengan pasangan tentang karya yang akan dibuat, mereka diminta menggambarkan ide karya secara bersama-sama dan atau bergantian melengkapi gambar rancangan karya. Misalnya saat menggambar orang, anak pertama menggambar kepala, lalu anak kedua melanjutkan dengan menambakan bagian wajah serta leher, lalu anak pertama menggambar badan selanjutnya anak kedua menambahkan bagian tangan dan jari, dan seterusnya. 

suasana saat menggambar orang secara kerjasama
suasana saat bekerjasama menggambar rancangan gedung pameran
Ada banyak manfaat yang diperoleh anak dari kegiatan ini. Selain melatih kemampuan anak bekerjasama, dalam kegiatan ini juga terjadi pertukaran ide, pertukaran informasi bahkan saling menginspirasi. Hal ini sudah terbukti, karena saat di kelas ada salah satu anak yang saat menggambar orang, bagian tangan dan kaki gambar orangnya selalu hanya berupa satu garis (tidak berdaging), namun setelah mengikuti kegiatan menggambar bersama, akhirnya gambar bagian kaki dan tangannya tidak lagi hanya berupa satu garis, melainkan berupa dua garis yang tertutup menyerupai daging. ^^

gambar Dino -  Gadi, Allena - Abrar, Rafi - Dio - Zhafran, dan Ical - Zaky
gambar Naomy - Rania dan Theya - Tata
Gambar Cila - Abiel, Aira - Dio dan Rydho - Naufal
Disamping itu, di kegiatan ini anak-anak belajar berbagi kesempatan dengan teman lainnya. Cara untuk mengetahui sejauh mana anak bisa berbagi kesempatan dengan temannya adalah dengan cara meminta anak menggunakan alat tulis dengan warna berbeda dan jangan lupa minta juga anak menuliskan namanya menggunakan alat tulis yang ia gunakan. Jika presentasi warna di karya sama banyak, berarti anak-anak di kelompok tersebut sudah mulai mampu berbagi kesempatan dengan pasangannya.

(Atas) Karya Cila - Rania, dan Gadi - Rydho. (Bawah) Karya Dio - Naufal dan Vio - Abiel
Karya Naomy - Tata, Aira - Zeda dan Abrar - Zhafran

Making of Koran Kelas TKA

Sejak awal tahun ajaran ini, GagasCeria konsisten membuat koran kelas di setiap akhir tema. Selama ini mungkin belum banyak yang tahu bagaimana proses pembuatan koran kelas dari awal hingga akhirnya dipajang di mading sekolah. 

Mungkin sama seperti membuat majalah atau koran pada umumnya, harus ada brainstorming ide dulu sebelum diputuskan materi yang akan ada di koran tersebut. Begitu juga halnya dengan koran kelas. Aku dan partner berdiskusi dulu, memilih materi yang akan ditulis di koran tersebut. Setelah itu, barulah kami bersama-sama merancang kata-kata yang akan ditulis di koran. Untuk tema ini, aku dan partner membuat draft tulisan di words.

Tulisan selesai, selanjutnya memilih foto yang akan di sisipkan di koran. Foto yang digunakan tentu saja yang berkaitan dengan tema. Selanjutnya foto-foto yang sudah dipilih tadi disusun dan diatur pencahayaan serta layout-nya agar tampilannya lebih manis.

Setelah tulisan dan foto tersedia, barulah proses dilanjutkan dengan membuat layout koran. Ide pembuatan layout ini sebaiknya sudah dipikirkan sebelum menyusun layout foto. Karena keduanya akan saling mempengaruhi. Program yang digunakan bisa publisher, corel atau bahkan adobe illustrator atau adobe indesign.

Terakhir tentu saja publikasi dengan cara mencetak koran yang sudah dibuat. Selesai deh ^^